Merangin – Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir meminta pemerintah daerah (Pemda) agar memperhatikan harga cabai merah maupun cabai rawit.
Terlebih, cabai merah maupun cabai rawit merupakan bagian dari komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi, termasuk menjelang tahun baru.
Dia memaparkan, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi (monev) Kemendagri pada Desember 2023, baru 61 kabupaten/kota yang telah melakukan gerakan menanam tanaman cabai.
Padahal sejak setahun lebih sebelumnya, Kemendagri telah mengimbau Pemda agar melakukan gerakan tersebut. Upaya penanaman ini penting untuk menjaga ketersediaan cabai merah maupun cabai rawit sehingga harganya terkendali.
“Kita menyadari bahwa cabai ini menjadi momok, kurang lebih 360 sekian yang daerahnya selalu masuk dalam pergerakan harga fluktuasi cabai, tapi upaya-upaya untuk menanam cabai dari satu tahun yang lalu lebih bahkan, hampir satu tahun setengah yang lalu kita mengingatkan, tidak juga dilakukan,” ujar Tomsi saat memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja, Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Rabu (27/12/2023).
Terkait permintaan dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tersebut media ini memantau dan minta tanggapan langsung kepada pedagang di Pasar Baru Merangin, Kamis (28/12/2023) malam.
Menurut beberapa pedagang mengatakan untuk harga Cabe merah masih tergolong tinggi yaitu Rp50 ribu/ kg, Cabe hijau Rp35 ribu/kg, dan Cabe rawit Rp25 ribu/kg.
Bawang merah Rp40 ribu/kg, Bawang putih Rp40 ribu/kg, Tomat Rp15 ribu/kg, Kentang Rp15 ribu/kg, Kol Rp8 ribu/kg, telur ayam buras 1 (satu) karpet isi 30 biji harga Rp50 ribu/karpet dan ayam potong Rp30 ribu/kg
Sedangkan untuk bahan dapur lainnya yang mengalami kenaikan harga diantaranya Beras merk Dua Lele, Belida, Kasih sayang, dan Anak daro dijual Rp17 ribu/kg, Gula pasir Rp17/kg, minyak goreng kemasan bervariasi harganya merk Tawon Rp14 ribu/liter, merk Kita Rp15 ribu/per liter dan merk Rose Brand Rp16 ribu/liter.
“Jual beli sekarang sepi, tidak seperti biasanya karena barang-barang kebutuhan dapur harganya naik. Pembeli berkurang,”tutur Iwan cabe (42) menyampaikan ke media ini.
Lebih lanjut, ia berharap kepada pemerintah daerah dan instansi terkait untuk bisa menstabilkan harga seperti semula sebelum ada kenaikan harga, sehingga jual beli ramai tidak sepi seperti saat ini.
Keluhan dan harapan yang sama juga disampaikan pedagang lainnya Rival (20) mengaku jual beli sepi semenjak harga kebutuhan dapur banyak yang naik, sehingga mempengaruhi omzet penjualannya.
“Semenjak harga banyak yang naik pembeli sepi dan saat belanja tidak seperti biasanya dalam jumlah banyak, tetapi membeli sedikit-sedikit. Akibat dari sepinya pembeli barang jadi susah dijual dan menumpuk sehingga banyak terbuang karena busuk. Kepada pemerintah diharapkan segera turunkan dan stabilkan harga,”keluh Rival.
Keluhan bukan hanya disampaikan oleh pedagang, tetapi juga oleh pembeli dengan menuturkan kondisi ekonomi saat ini dirasakan semakin berat karena tidak seimbang antara pendapatan dan pengeluaran.
“Barang-barang kebutuhan dapur tidak ada yang murah sekarang, beli sedikit sering kurang, beli banyak uang pas-pasan. Minta perhatian pemerintah untuk bantu masyarakat kecil turunkan harga kebutuhan dapur,”pinta Yuni (45) ibu rumah tangga.
Hal yang sama disampaikan pembeli lainnya Iskandar (32) yang mengaku berasal dari Kebun sayur saat belanja kebutuhan dapur mengeluhkan harga barang-barang seperti beras naik, sehingga mempengaruhi ekonomi keluarga.
“Penghasilan pas-pasan, harga kebutuhan pokok sehari-hari seperti beras, cabe, bawang dan lainnya banyak naik tidak ada yang murah, tolong harga-harga bisa segera diturunkan dan normal lagi, sehingga masyarakat kecil tidak susah,”harapnya. (tugas)
Discussion about this post